Jangan Asal Buka Usaha! Ini 5 Faktor Kunci Menentukan Unit Usaha Koperasi yang Berkelanjutan
Membuka unit usaha koperasi adalah langkah besar. Sayangnya, banyak koperasi terburu-buru meluncurkan usaha baru hanya karena ada dana hibah, program pemerintah, atau sekadar “ikut-ikutan” koperasi lain. Akibatnya, tak sedikit yang gagal bertahan lebih dari satu tahun. Bukan karena anggotanya malas, tapi karena usaha yang dibuka tidak sesuai dengan kebutuhan riil, potensi lokal, dan strategi jangka panjang.
Agar tidak mengulangi kesalahan
serupa, berikut adalah lima faktor kunci yang harus menjadi pertimbangan
utama sebelum koperasi membuka unit usaha baru:
🔑 1. Kebutuhan, Masalah, dan Aspirasi Anggota
Koperasi bukan perusahaan biasa. Ia
dibentuk untuk melayani anggotanya, bukan semata mengejar profit. Maka
pertanyaan pertama yang harus dijawab adalah:
“Masalah apa yang sedang dihadapi
anggota koperasi kita?”
Contoh nyata:
- Koperasi petani
yang membuka unit distribusi pupuk karena harga pupuk di luar mahal dan
susah dicari.
- Koperasi simpan pinjam yang membuka toko sembako untuk membantu anggota
mendapatkan bahan pokok lebih murah.
- Koperasi ibu rumah tangga yang membentuk dapur bersama karena banyak anggota
ingin punya usaha tanpa modal besar.
📌 Tips Praktis: Lakukan survei singkat atau forum
diskusi. Jangan hanya bertanya “mau usaha apa”, tapi tanyakan “apa masalah
yang paling sering kamu hadapi sehari-hari?”
🔑 2. Ketersediaan dan Pemanfaatan Aset Lokal
Sebelum membuat rencana usaha yang
muluk, lihat dulu: apa yang sudah dimiliki koperasi dan komunitas?
Misalnya:
- Ada lahan kosong milik desa? Bisa untuk kebun
kolektif atau warung tenda.
- Punya gedung koperasi yang belum dimanfaatkan
penuh? Bisa dijadikan ruang produksi olahan atau tempat pelatihan.
- Anggota ada yang punya keahlian teknis? Libatkan
mereka dalam tim produksi, pemasaran, atau logistik.
🎯 Inti pesannya: Mulai dari yang ada. Unit
usaha koperasi yang kuat biasanya justru lahir dari pemanfaatan aset kecil yang
dioptimalkan bersama.
🔑 3. Kelayakan Finansial: Modal, Arus Kas, dan Break Even
Point
Setiap usaha butuh modal. Tapi lebih
dari itu, koperasi perlu perencanaan keuangan yang realistis dan tangguh.
Yang perlu dihitung:
- Berapa total modal awal? (alat, stok barang, renovasi)
- Berapa biaya operasional bulanan? (gaji, listrik, transportasi)
- Berapa target pendapatan minimum agar tidak rugi?
- Berapa bulan target balik modal (Break Even Point)?
📝 Contoh Sederhana:
Koperasi ingin membuka unit usaha warung sembako
- Modal awal: Rp10 juta
- Biaya bulanan: Rp2 juta
- Target omzet: Rp6 juta/bulan
- Margin keuntungan: 20%
→ Maka koperasi harus menjual minimal Rp10 juta dalam dua bulan pertama untuk bisa balik modal.
💡 Saran: Hindari jenis usaha yang membutuhkan
investasi besar dan hasil lama jika koperasi belum stabil. Pilih usaha yang
cash flow cepat dan bisa dikelola bertahap.
🔑 4. Dukungan dan Partisipasi Nyata Anggota
Unit usaha koperasi akan hidup jika
didukung anggota, bukan hanya oleh pengurus. Artinya:
- Anggota mau membeli produk dari unit usaha
- Mau menjadi pemasok, pekerja, atau bahkan promotor
- Bersedia mengikuti aturan usaha bersama (misal: ikut
jaga warung, setor produk tepat waktu, tidak menjual di luar sistem)
⚠️ Waspada jika:
- Unit usaha hanya dikelola oleh pengurus dan tidak ada
keterlibatan anggota
- Tidak ada komitmen pembelian atau dukungan awal dari
anggota
- Keuntungan hanya dirasakan oleh sebagian kecil pihak
✅ Solusi: Buat pertemuan khusus untuk menyusun rencana
usaha bersama anggota, bukan hanya diumumkan sepihak oleh pengurus.
🔑 5. Akses Pasar dan Keunggulan Produk/Jasa
Usaha hanya akan bertahan jika ada
pasar yang bisa dijangkau dan produk koperasi punya daya saing.
Tanyakan:
- Apakah sudah ada pesaing dengan produk/jasa yang sama?
- Apa yang membedakan produk koperasi dengan toko luar?
- Apakah produk tersebut dibutuhkan setiap hari, musiman,
atau hanya event tertentu?
- Bagaimana cara menjualnya? Offline, online, ke lembaga?
📦 Contoh yang baik:
Koperasi membuka unit pengolahan keripik pisang dari kebun warga
sendiri. Produk dijual di warung desa, oleh reseller, dan juga via media sosial
anggota koperasi.
🚫 Contoh yang perlu dihindari:
Koperasi membuka toko alat tulis di desa tanpa sekolah, tanpa analisis
pasar, dan hanya karena "ada bantuan etalase dari program".
🧭 Penutup: Usaha Koperasi Harus Tumbuh dari Bawah, Bukan
Dipaksakan dari Atas
Koperasi adalah kendaraan bersama.
Jika usaha dibuka tanpa arah, tanpa suara anggota, dan tanpa peta jalan yang
jelas, maka kendaraan ini akan mogok di tengah jalan.
Sebaliknya, jika lima faktor di atas
dijadikan dasar, maka koperasi akan melahirkan unit usaha yang:
- Dikehendaki dan dibutuhkan anggota
- Dijalankan dari aset dan potensi nyata
- Bertahan dalam krisis
- Tumbuh sebagai bagian dari semangat gotong royong
Jangan asal buka usaha. Rancang,
libatkan, jalankan, dan rawat bersama. Maka koperasi Anda bukan hanya buka
usaha—tapi membuka jalan bagi kemandirian ekonomi komunitas.
Comments
Post a Comment